Minggu, 14 September 2014

Dasar - Dasar Pendidikan MIPA "Berpikir Induktif dan Deduktif"

TUGAS DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA

NAMA                              :  AYU PUJI LARASATI
NIM                                  :  ACC 113 017



1.      Beri contoh berfikir deduktif yang berhubungan dengan pelaksanaan pengajaran ilmu kimia?
Jawab :
-          Semua unsur gas mulia merupakan gas monoatomik.
Helium adalah unsur gas mulia, maka helium merupakan gas monoatomik.
-          Semua besi dapat mengalami korosi.
Paku merupakan contoh dari besi, maka paku dapat mengalami korosi.

2.      Beri contoh berfikir induktif yang berhubungan dengan pelaksanaan pengajaran ilmu kimia?
Jawab :
  -    Unsur helium merupakan unsur yang bersifat monoatomik.
       Gas mulia memiliki unsur Helium, maka gas mulia bersifat monoatomik.
  -    Paku dapat mengalami korosi.
       Besi merupakan bagian dari paku, maka besi dapat mengalami korosi.

3.     Sebutkan sumber pengetahuan yang mana yang di gunakan dalam contoh-contoh dibawah ini? (pengalaman pribadi, otori (pengalaman pribadi, otoritas, deduktif dan induktif)
  • Setelah mengadakan pengamatan teerhadap beberapa logam yang dipanaskan, siswa menyimpulkan bahwa semua logam yang dipanaskan memuai..
  • Setelah banyak berfikir, Dalton berkesimpulan bahwa setiap benda terdiri dari partikel-pertikel kecil yang disebut atom.. Pemikiran Dalton ini kemudian menjadi dasar bagi teori atom.
  • Mengetahui bahwa radio aktif mengeluarkan partikel-partikel energy tanpa mengurangi besarnya, Einstein mengembangkan rumus E = mc2 untuk mengubah benda menjadi energi.
  • Si A sewaktu masih mahasiswa sering diikutkan dosen mengawasi dan menyiapkan alat dan bahan praktikum, maka sewaktu dia ditunjuk sebagai pengelola labolatorium di SMA tempat dia mengajar, dia dapat menglola laboratorium dengan baik.
Jawab :
a.       Pernyataan tersebut merupakan penalaran induktif
b.      Pernyataan tersebut merupakan otoritas atau pakar
c.       Pernyataan tersebut merupakan otortas atau pakar
d.      Pernyataan tersebut merupakan pengalaman pribadi


1) Tujuan pembelajaran IPA di SMA berdasarkan kurikulum 2013 :
     Jawab :
     Kurikulum 2013 untuk jenjang SMA, memakai sistem peminatan bukan lagi penjurusan seperti IPA dan IPS. Adapun sistem peminatan ini, siswa dapat memilih mata pelajaran yang diminatinya. Para siswa SMA memilih peminatan sejak duduk di kelas X SMA. Seleksi peminatan akan dilakukan berdasarkan nilai rapor SMP. Kurikulum 2013 untuk SMA, memiliki dua kelompok mata pelajaran, yaitu kelompok mata pelajaran wajib dan kelompok mata pelajaran peminatan.   Kelompok mata pelajaran wajib terdiri dari : Pendidikan agama, Pkn, Bahasa Indonesia, Matematika, Sejarah, Bahasa Inggris, seni budaya, prakarya, Pendidikan jasmani, olah raga, dan kesehatan. Kelompok mata pelajaran peminatan terdiri dari : matematika dan sains, sosial dan bahasa. Setiap peserta didik hanya memilih satu peminatan yang sesuai dengan pendidikan lanjutan yang  akan dimasuki. Salah satunya matematika dan sains (IPA).
     Berikut adalah tujuan pembelajaran IPA di SMA :
1)     Menyadari adanya keteraturan dan keindahan alam sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang ilmu alam sebagai hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif.
2)    Memupuk sikap ilmiah, yaitu memiliki rasa ingin tahu, disiplin,  jujur, objektif, terbuka,  mampu membedakan fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif, inovatif, demokratis, komunikatif dalam merancang dan melakukan percobaan serta berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.  
3)    Mempunyai perilaku responsif dan pro-aktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat keputusan.
4)    Memahami hakikat IPA, metode ilmiah dan keselamatan kerja di laboratorium serta peran IPA dalam kehidupan.
5)    Mampu menganalisa teori-teori dalam pembelajaran IPA dan menghubungkannya dengan tujuan pembelajaran yang disampaikan
6)    Menyajikan hasil analisis komsep-kosep pada pembelajaran IPA dan hubungan dengan tujuan pembelajaran yang disampaikan
7)    Mampu mengolah dan  menalar dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan IPA di sekolah secara mandiri serta bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.
8)    Dapat menerapkan konsep-konsep pada pembelajaran IPA dalam kehidupan sehari-hari.

2)    Buat artikel argumentatif tentang pembelajaran kimia di SMA.
Jawab :
            Mata pelajaran kimia adalah mata pelajaran baru bagi siswa yang duduk di kelas X SMA. Karena mata pelajaran ini baru, maka setiap guru kimia  harus giat-giat memberikan pengenalan dan pengetahuan tentang pembelajaran kimia itu sendiri. Dalam menyampaikan hal tersebut, seorang guru harus mempunyai model pembelajaran tertentu.
            Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran dikelas atau dalam tutorial. Salah satu model pembelajaran yang baik adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan strategi belajar dengan sejumlah siswa  sebagai anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Pembelajaran kooperatif memiliki beberapa fase, antara lain :
1)  Fase pertama, yaitu fase dimana pelajaran diawali dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran disertai dengan memberikan motivasi kepada siswa. Motivasi ini dapat dipacu melalui tanya jawab antara guru dengan siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Bagi siswa yang bisa menjawab diberikan poin tambahan.
2) Fase kedua, yaitu guru menyampaikan informasi baik dalam bentuk materi bacaan atau media peragaan. Contoh : dalam membuktikan suatu larutan bersifat asam atau basa, guru bisa saja menunjukkan hal tersebut melalui media kertas lakmus, yaitu jika larutan bersifat asam ph < 7 dan jika larutan bersifat basa ph > 7. Pada fase ini, guru bisa saja mengadakan praktikum pada pertemuan selanjutnya. Praktikum tersebut harus mempunyai hubungan yang erat dengan materi yang disampaikan dan praktikum tersebut harus dijelaskan sejelas mungkin oleh guru pada pertemuan sebelumnya. Dengan begitu siswa akan memahami tujuan dan prosedur prtaktikum tersebut.
3)  Fase ketiga, yaitu dibentuk suatu kelompok belajar yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif, yang mana kelompok belajar ini langsung menjadi kelompok praktikum. Pada kelompok belajar ini, guru memilih siswa yang mempunyai tingkat kemampuan lebih untuk menjadi tutor sekaligus ketua kelompok. Siswa tersebut mempunyai tugas untuk mengajarkan materi yang belum dimengerti dan meningkatkan nilai dari masing-masing anggota kelompok.
4)  Fase keempat, guru memberikan tes mengenai materi yang telah dipelajari. Tes dapat berupa pretest ataupun posttest. Biasanya sebelum melakukan praktikum diberikan pretest. Hal ini berguna untuk memotivasi siswa untuk belajar dan agar siswa lebih memahami kembali mengenai kegiatan praktikum. Kemudian diakhir materi akan diadakan posttest atau ulangan harian.
5)  Fase kelima, guru memberikan penghargaan kepada tutor yang telah berhasil meningkatkan nilai dari beberapa atau masing-masing anggota kelompoknya. Hal ini sangat berguna untuk memotivasi tutor dalam melaksanakan tugasnya tersebut. Penghargaan ini dapat berupa peningkatkan nilai yang disesuaikan dengan keberhasilannya meningkatkan nilai –nilai anggota kelompoknya. Bagi anggota kelompok yang nilainya mengalami peningkatan juga diberikan beberapa poin tambahan,sebagai bentuk motivasi terhadap siswa.
            Satu aspek penting dari pembelajaran kooperatif ialah bahwa disamping membantu mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik diantara siswa, juga membantu siswa dalam pembelajaran akademis.


3)    Buat artikel masalah-masalah pembelajaran kimia di SMA.
Jawab :
            Berdasarkan pengalaman saya di SMA, ada beberapa masalah pembelajaran kimia yang saya rasakan.
            Pelajaran kimia adalah pelajaran yang banyak berisi teori-teori dan rumus-rumus yang harus dipahami. Tetapi, banyak dari siswa yang malah menghapalkan materi tersebut. Hal ini semuanya berawal dari guru yang mengajarkan materinya. Banyak guru yang langsung menjelaskan teori-teori dan memberikan rumus tanpa berusaha menerangkan atau memaparkan konsep-konsep materi secara mendalam. Sehingga, banyak siswa yang menganggap kimia itu sulit dan tidak mudah dipahami.
            Selain itu, banyak dari kegiatan belajar mengajar yang mana guru hanya memaparkan materi dan siswa hanya menjadi pendengar saja tanpa adanya diskusi antara guru dan siswa atau antarsiswa. Hal ini sungguh membuat proses belajar mengajar menjadi membosankan dan dampaknya siswa banyak yang mengantuk saat proses belajar mengajar dan tidak konsentrasi pada materi yang disampaikan serta ditambah lagi volume suara guru yang bersangkutan kurang nyaring.
            Kemudian, dalam proses belajar mengajar lebih banyak pemaparan teori-teori daripada praktik. Hal ini sangat merugikan siswa, karena siswa hanya bisa berimajinasi atau membayang-bayangkan tanpa mempraktikkan langsung materi yang disampaikan. Contoh : suatu larutan bersifat elektrolit atau nonelektrolit dapat diketahui dengan cara mencelupkan elektrode (daya penghantar listrik) ke dalam larutan yang akan diuji. Hasilnya, jika larutan itu elektrolit maka lampu akan menyala dan disekitar electrode terdapat gelembung gas dan jika larutan nonelektrolit  maka lampu tidak menyala dan tidak terdapat gelembung gas di sekitar elektrode. Bagi siswa yang tidak pernah mempraktikkan uji coba tersebut, mereka hanya bisa membayang-bayangkan atau malah menghapal hasil pengamatan yang ada di buku tanpa mengerti mengapa larutan elektrolit dan nonelektrolit bisa menghasilkan reaksi tersebut.
            Keadaan demikian menimbulkan kejengkelan, kebosanan, sikap masa bodoh. Sehingga perhatian, minat, dan motivasi siswa menjadi rendah. Hal ini sangat berdampak pada hasil belajar siswa dan bekal siswa menghadapi UAN. Sangat diharapkan, jika guru dapat mengubah metodenya dalam mengajar sehingga menjadi pembelajaran yang bervariasi, kreatif dan inovatif. Agar proses belajar mengajar tidak membosankan dan memberi motivasi kepada siswa untuk giat belajar.