TUGAS DASAR-DASAR PENDIDIKAN MIPA
NAMA : AYU PUJI LARASATI
NIM : ACC 113 017
1. Beri contoh berfikir deduktif yang
berhubungan dengan pelaksanaan pengajaran ilmu kimia?
Jawab :
-
Semua
unsur gas mulia merupakan gas monoatomik.
Helium adalah unsur gas mulia, maka
helium merupakan gas monoatomik.
-
Semua
besi dapat mengalami korosi.
Paku merupakan contoh dari besi, maka paku dapat mengalami
korosi.
2. Beri contoh berfikir induktif yang
berhubungan dengan pelaksanaan pengajaran ilmu kimia?
Jawab :
- Unsur
helium merupakan unsur yang bersifat monoatomik.
Gas mulia memiliki unsur Helium, maka gas
mulia bersifat monoatomik.
- Paku dapat mengalami korosi.
Besi
merupakan bagian dari paku, maka besi dapat mengalami korosi.
3. Sebutkan sumber pengetahuan yang mana yang di gunakan dalam
contoh-contoh dibawah ini? (pengalaman pribadi, otori (pengalaman pribadi,
otoritas, deduktif dan induktif)
- Setelah
mengadakan pengamatan teerhadap beberapa logam yang dipanaskan, siswa
menyimpulkan bahwa semua logam yang dipanaskan memuai..
- Setelah
banyak berfikir, Dalton berkesimpulan bahwa setiap benda terdiri dari
partikel-pertikel kecil yang disebut atom.. Pemikiran Dalton ini kemudian
menjadi dasar bagi teori atom.
- Mengetahui
bahwa radio aktif mengeluarkan partikel-partikel energy tanpa mengurangi
besarnya, Einstein mengembangkan rumus E = mc2 untuk
mengubah benda menjadi energi.
- Si A sewaktu masih mahasiswa sering
diikutkan dosen mengawasi dan menyiapkan alat dan bahan praktikum, maka
sewaktu dia ditunjuk sebagai pengelola labolatorium di SMA tempat dia
mengajar, dia dapat menglola laboratorium dengan baik.
Jawab :
a. Pernyataan tersebut merupakan
penalaran induktif
b. Pernyataan tersebut merupakan otoritas
atau pakar
c. Pernyataan tersebut merupakan
otortas atau pakar
d. Pernyataan tersebut merupakan
pengalaman pribadi
1) Tujuan
pembelajaran IPA di SMA berdasarkan kurikulum 2013 :
Jawab :
Kurikulum
2013 untuk jenjang SMA, memakai sistem peminatan bukan lagi penjurusan seperti
IPA dan IPS. Adapun sistem peminatan ini, siswa dapat memilih mata pelajaran
yang diminatinya. Para siswa SMA memilih peminatan sejak duduk di kelas X SMA.
Seleksi peminatan akan dilakukan berdasarkan nilai rapor SMP. Kurikulum 2013
untuk SMA, memiliki dua kelompok mata pelajaran, yaitu kelompok mata pelajaran
wajib dan kelompok mata pelajaran peminatan. Kelompok
mata pelajaran wajib terdiri dari : Pendidikan agama, Pkn, Bahasa Indonesia,
Matematika, Sejarah, Bahasa Inggris, seni budaya, prakarya, Pendidikan jasmani,
olah raga, dan kesehatan. Kelompok mata pelajaran peminatan terdiri dari :
matematika dan sains, sosial dan bahasa. Setiap peserta didik hanya memilih
satu peminatan yang sesuai dengan pendidikan lanjutan yang akan dimasuki. Salah satunya matematika dan
sains (IPA).
Berikut
adalah tujuan pembelajaran IPA di SMA :
1) Menyadari adanya keteraturan dan keindahan alam
sebagai wujud kebesaran Tuhan YME dan pengetahuan tentang ilmu alam sebagai
hasil pemikiran kreatif manusia yang kebenarannya bersifat tentatif.
2) Memupuk sikap ilmiah, yaitu memiliki rasa ingin tahu, disiplin, jujur, objektif, terbuka, mampu
membedakan fakta dan opini, ulet, teliti, bertanggung jawab, kritis, kreatif,
inovatif, demokratis, komunikatif dalam merancang dan melakukan percobaan serta
berdiskusi yang diwujudkan dalam sikap sehari-hari.
3) Mempunyai
perilaku responsif dan pro-aktif serta bijaksana sebagai wujud kemampuan memecahkan masalah dan membuat
keputusan.
4) Memahami hakikat IPA, metode ilmiah dan
keselamatan kerja di laboratorium serta peran IPA dalam kehidupan.
5) Mampu menganalisa teori-teori dalam
pembelajaran IPA dan menghubungkannya dengan tujuan pembelajaran yang
disampaikan
6) Menyajikan hasil analisis komsep-kosep pada
pembelajaran IPA dan hubungan dengan tujuan pembelajaran yang disampaikan
7) Mampu mengolah
dan menalar dalam ranah konkret dan
ranah abstrak terkait dengan pengembangan IPA di sekolah secara mandiri serta
bertindak secara efektif dan kreatif, dan mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
8) Dapat menerapkan
konsep-konsep pada pembelajaran IPA dalam kehidupan sehari-hari.
2) Buat
artikel argumentatif tentang pembelajaran kimia di SMA.
Jawab
:
Mata pelajaran kimia adalah mata
pelajaran baru bagi siswa yang duduk di kelas X SMA. Karena mata pelajaran ini
baru, maka setiap guru kimia harus
giat-giat memberikan pengenalan dan pengetahuan tentang pembelajaran kimia itu
sendiri. Dalam menyampaikan hal tersebut, seorang guru harus mempunyai model
pembelajaran tertentu.
Model pembelajaran adalah suatu
perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas atau dalam tutorial. Salah satu model pembelajaran yang baik
adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan
strategi belajar dengan sejumlah siswa sebagai
anggota kelompok kecil yang tingkat kemampuannya berbeda. Pembelajaran
kooperatif memiliki beberapa fase, antara lain :
1) Fase pertama, yaitu fase dimana pelajaran
diawali dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran disertai dengan memberikan
motivasi kepada siswa. Motivasi ini dapat dipacu melalui tanya jawab antara
guru dengan siswa mengenai materi yang akan dipelajari. Bagi siswa yang bisa
menjawab diberikan poin tambahan.
2)
Fase kedua, yaitu guru menyampaikan informasi baik dalam bentuk materi bacaan atau
media peragaan. Contoh : dalam membuktikan suatu larutan bersifat asam atau
basa, guru bisa saja menunjukkan hal tersebut melalui media kertas lakmus,
yaitu jika larutan bersifat asam ph < 7 dan jika larutan bersifat basa ph
> 7. Pada fase ini, guru bisa saja mengadakan praktikum pada pertemuan selanjutnya.
Praktikum tersebut harus mempunyai hubungan yang erat dengan materi yang disampaikan
dan praktikum tersebut harus dijelaskan sejelas mungkin oleh guru pada
pertemuan sebelumnya. Dengan begitu siswa akan memahami tujuan dan prosedur
prtaktikum tersebut.
3) Fase ketiga, yaitu dibentuk suatu kelompok
belajar yang sesuai dengan pembelajaran kooperatif, yang mana kelompok belajar
ini langsung menjadi kelompok praktikum. Pada kelompok belajar ini, guru
memilih siswa yang mempunyai tingkat kemampuan lebih untuk menjadi tutor
sekaligus ketua kelompok. Siswa tersebut mempunyai tugas untuk mengajarkan
materi yang belum dimengerti dan meningkatkan nilai dari masing-masing anggota
kelompok.
4) Fase keempat, guru memberikan tes mengenai
materi yang telah dipelajari. Tes dapat berupa pretest ataupun posttest.
Biasanya sebelum melakukan praktikum diberikan pretest. Hal ini berguna untuk
memotivasi siswa untuk belajar dan agar siswa lebih memahami kembali mengenai
kegiatan praktikum. Kemudian diakhir materi akan diadakan posttest atau ulangan
harian.
5) Fase kelima, guru memberikan penghargaan kepada
tutor yang telah berhasil meningkatkan nilai dari beberapa atau masing-masing
anggota kelompoknya. Hal ini sangat berguna untuk memotivasi tutor dalam
melaksanakan tugasnya tersebut. Penghargaan ini dapat berupa peningkatkan nilai
yang disesuaikan dengan keberhasilannya meningkatkan nilai –nilai anggota
kelompoknya. Bagi anggota kelompok yang nilainya mengalami peningkatan juga
diberikan beberapa poin tambahan,sebagai bentuk motivasi terhadap siswa.
Satu
aspek penting dari pembelajaran kooperatif ialah bahwa disamping membantu
mengembangkan tingkah laku kooperatif dan hubungan yang lebih baik diantara
siswa, juga membantu siswa dalam pembelajaran akademis.
3) Buat
artikel masalah-masalah pembelajaran kimia di SMA.
Jawab
:
Berdasarkan
pengalaman saya di SMA, ada beberapa masalah pembelajaran kimia yang saya
rasakan.
Pelajaran
kimia adalah pelajaran yang banyak berisi teori-teori dan rumus-rumus yang
harus dipahami. Tetapi, banyak dari siswa yang malah menghapalkan materi
tersebut. Hal ini semuanya berawal dari guru yang mengajarkan materinya. Banyak
guru yang langsung menjelaskan teori-teori dan memberikan rumus tanpa berusaha
menerangkan atau memaparkan konsep-konsep materi secara mendalam. Sehingga,
banyak siswa yang menganggap kimia itu sulit dan tidak mudah dipahami.
Selain itu, banyak dari kegiatan
belajar mengajar yang mana guru hanya memaparkan materi dan siswa hanya menjadi
pendengar saja tanpa adanya diskusi antara guru dan siswa atau antarsiswa. Hal
ini sungguh membuat proses belajar mengajar menjadi membosankan dan dampaknya
siswa banyak yang mengantuk saat proses belajar mengajar dan tidak konsentrasi
pada materi yang disampaikan serta ditambah lagi volume suara guru yang
bersangkutan kurang nyaring.
Kemudian, dalam proses belajar mengajar
lebih banyak pemaparan teori-teori daripada praktik. Hal ini sangat merugikan
siswa, karena siswa hanya bisa berimajinasi atau membayang-bayangkan tanpa
mempraktikkan langsung materi yang disampaikan. Contoh : suatu larutan bersifat
elektrolit atau nonelektrolit dapat diketahui dengan cara mencelupkan elektrode
(daya penghantar listrik) ke dalam larutan yang akan diuji. Hasilnya, jika
larutan itu elektrolit maka lampu akan menyala dan disekitar electrode terdapat
gelembung gas dan jika larutan nonelektrolit
maka lampu tidak menyala dan tidak terdapat gelembung gas di sekitar
elektrode. Bagi siswa yang tidak pernah mempraktikkan uji coba tersebut, mereka
hanya bisa membayang-bayangkan atau malah menghapal hasil pengamatan yang ada
di buku tanpa mengerti mengapa larutan elektrolit dan nonelektrolit bisa
menghasilkan reaksi tersebut.
Keadaan demikian menimbulkan
kejengkelan, kebosanan, sikap masa bodoh. Sehingga perhatian, minat, dan
motivasi siswa menjadi rendah. Hal ini sangat berdampak pada hasil belajar
siswa dan bekal siswa menghadapi UAN. Sangat diharapkan, jika guru dapat
mengubah metodenya dalam mengajar sehingga menjadi pembelajaran yang
bervariasi, kreatif dan inovatif. Agar proses belajar mengajar tidak
membosankan dan memberi motivasi kepada siswa untuk giat belajar.