BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Unsur adalah zat murni yang dapat berupa atom tunggal
atau berupa gabungan atom – atom sejenis. Contoh : logam emas adalah unsur yang
berupa atom tunggal, sedangkan gas oksigen adalah unsur yang terbentuk dari
gabungan dua atom oksigen. Pada akhir abad 18, ditemukannya ada 11 unsur baru
yang dipublikasikan oleh Lavoisier, yaitu : klorin, kobalt, hidorgen, manga,
molibdat, nikel, nitrogen, oksigen, fosforus, platina, dan wolfram. Sampai tahun 2011, 118 unsur telah
teridentifikasi, dengan 98 diantaranya terjadi secara alami di bumi. 20 elemen
lainnya secara artifisial dibuat dalam reaktor nuklir atau eksperimen
akselerator partikel. . Sebagian besar merupakan unsur yang
ditemukan di alam dan berjumlah 92, sedangkan unsur lainnya merupakan unsur
buatan. Untuk mempelajari tiap-tiap unsur, pembahasannya sangat kompleks karena
sifat-sifat unsur bervariasi antara satu dengan yang lainnya dan jika kita
mempelajari satu demi satu alangkah sulitnya.
Ketika unsur yang di kenal sudah banyak, para ahli
berupaya membuat pengelompokan atau klasfikasi sehingga unsur-unsur tersebut tertata dengan baik.
Klasfikasi unsur berawal dari pengelompokkan unsur ke dalam dua golongan yang
didasarkan pada sifat fisis unsur, misalnya daya hantar listrik, kekerasannya,
dan kelenturannya. Dasar
pertama yang digunakan untuk mengelompokkan unsur adalah kemiripan sifat,
kemudian kenaikan massa atom, dan sekarang berdasarkan kenaikan nomor atom.
Pengelompokkan unsur mengalami perkembangan dari pengelompokkan unsur
yang paling sederhana berdasarkan sifat logam dan bukan logam, kemudian disusul
sistem triade Dobereiner, sistem oktaf Newlands, sistem periodik
Mendeleyev, dan sistem periodik yang kita gunakan saat ini (Henry G.
Moseley). Klasifikasi itu menghasilkan dua kelompok unsur,
yaitu unsur, yaitu unsur – unsur logam dan nonlogam. Puncak dari usaha-usaha para ahli tersebut adalah
terciptanya suatu daftar yang disebut sistem periodik unsur-unsur. Sistem
periodik ini mengandung banyak informasi mengenai sifat-sifat unsur sehingga
dapat membantu kita dalam mempelajari dan mengenali unsur-unsur.
Untuk mempelajari unsur – unsur yang
begitu banyak, diperlukan suatu cara agar mudah mengenali sifat – sifatnya.
Sistem periodik unsur – unsur merupakan suatu sistem yang sangat baik untuk
mempelaajari kecenderungan sifat unsur dan beberapa sifat yang lainnya. Maka
dari itu, dalam makalah ini secara garis besar akan dibahas sifat – sifat
keperiodikan unsur.
1.2 Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:
1) Apa pengertian dari Sistem Periodik Unsur ?
2) Bagaimana
klasifikasi unsur – unsur dalam tabel periodik unsur ?
3) Apa
saja sifat – sifat periodisitas unsur ?
4) Bagaimana kecenderungan sifat – sifat
periodisitas terhadap golongan dan periode unsur dalam sistem periodik ?
5) Bagaimana besarnya energi ikatan molekul heteropolar menurut
elektronegatifitas Pauling ?
6) Bagaimana
perhitungan skala elektronegativitas unsur dengan menggunakan rumus Allred-Rochow ?
1.3 Tujuan Penulisan
1) Untuk
memenuhi tugas mata kuliah Kimia Anorganik di Universitas Palangka raya.
2) Untuk
mengetahui klasifikasi unsur – unsur dalam tabel periodik unsur.
3) Untuk
mengetahui sifat – sifat periodisitas unsur - unsur.
4) Untuk
mengetahui kecenderungan sifat – sifat periodisitas terhadap golongan dan
periode unsur dalam sistem periodik.
5) Untuk
mengetahui besarnya energi
ikatan molekul heteropolar menurut elektronegatifitas Pauling.
6) Untuk mengetahui perhitungan skala
elektronegativitas unsur dengan menggunakan rumus Allred-Rochow.
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah
ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada para pembaca mengenai Sistem
periodik unsur dan menjadi acuan untuk terciptanya suatu proses pembelajaran
yang menarik, memotivasi peserta didik, efektif, dan efisien.
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Sistem
Periodik Unsur
2.1.1
Pengertian Sistem Periodik Unsur
Sistem periodik
adalah suatu daftar unsur-unsur yang disusun dengan aturan tertentu. Semua
unsur yang sudah dikenal ada dalam daftar tersebut. Sistem periodik disusun berdasarkan hukum periodik modern yang menyatakan
bahwa sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya. Artinya,
jika unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor atomnya, maka sifat-sifat
tertentu akan berulang secara periodik. Itulah sebabnya tabel tersebut dimulai
dengan hidrogen, sebab hidrogen mempunyai nomor atom 1. Hidrogen diikuti oleh unsur nomor atom 2, yaitu Helium. Unsur
dengan nomor atom berikutnya, yaitu litium, menunjukkan kemiripan sifat dengan
dengan hidrogen sehingga ditempatkan di bawah hidrogen. Berilium dan lima unsur
berikutnya tidak ada yang menunjukkan kemiripan sifat dengan helium, jadi
diurutkan saja dalam satu baris. Unsur nomor atom 11 ternyata kembali
menunjukkan kemiripan sifat dengan litium sehingga ditempatkan di bawahnya,
memulainya baris berikutnya. Demikian seterusnya, sifat-sifat tertentu berulang
secara periodik. Itu pula sebabnya tabel unsur-unsur tersebut dinamai Tabel
Periodik.
Gambar : Sistem Periodik Unsur
Dalam
Tabel Periodik Unsur (TPU) modern, unsur – unsur ditempatkan secara teratur
menurut naiknya nomor atom ( jumlah proton ). Ada cukup banyak desain bentuk
TPU, namun yang paling umum dijumpai yaitu bentuk “pendek” dan bentuk
“panjang”. Bentuk panjang dalam TPU, yaitu unsur – unsur lantanida (4f) dan
aktinida (5f) menjadi satu tabel. Kenyataan bahwa kedua seri unsur – unsur ini
masing – masing mempunyai kemiripan sifat – sifat kimiawi, maka keduanya lebih
praktis ditampilkan secara terpisah dibagian bawah sehingga diperoleh bentuk
tabel “pendek” yang lebih kompak. Menurut
Rekomendasi International Union Of Pure and Applied Chemistry (IUPAC) penomoran
golongan unsur – unsur yaitu dari 1 hingga 18. Dalam TPU tersebut, hydrogen
ditempatkan tersendiri terpisah tidak masuk golongan manapun karena sifatnya
yang unik. Sistem ini menggantikan sistem lama yang menggunakan notasi dari
kombinasi angka dan huruf Romawi yang membingungkan karena perbedaan penomoran
antara Amerika Utara dengan lainnya.
Sebagai contoh, di Amerika Utara golongan III B menunjuk pada golongan
skandinavium, Sc, sedangkan di tempat lain nomor ini menunjuk pada golongan
Boron. Penomoran golongan tidak diberlakukan pada unsur – unsur lantanida dan
aktinida karena kemiripan unsur – unsur tersebut dalam periode (lajur mendatar)
daripada golongan (lajur vertikal).
2.2 Klasifikasi
Unsur – Unsur dalam Tabel Periodik Unsur
Unsur-unsur
dapat diklasifikasikan menurut banyak cara, yang paling tegas adalah atas dasar
wujud pada keadaan Standard
Ambient Temperature and Pressure (25o C, 100 kPa),
atau biasa disebut dengan SATP. SATP berbeda dengan STP (Standard Temperature and Pressure)
yang merujuk pada temperatur 0o C dan 101 kPa. Atas dasar SATP,
unsur-unsur dibedakan dalam wujud gas yaitu ada sebelas unsur, hidrogen, nitrogen,
oksigen, fluorin, klorin, dan gas mulia. Wujud cair yaitu hanya unsur bromin
dan merkuri. Dan sisanya adalah wujud padat. Klasifikasi wujud fisik demikian
ini tentu tidak memberikan banyak aspek kimiawinya.
Klasifikasi
secara umum unsur dikelompokkan berdasarkan unsur Logam, Non Logam, Semi Logam.
1. Unsur
Logam Logam
adalah unsur yang memiliki sifat mengkilap dan umumnya merupakan penghantar
listrik dan penghantar panas yang baik. Unsur-unsur logam umumnya berwujud
padat pada suhu dan tekanan normal, kecuali raksa yang berwujud cair. Pada
umumnya unsur logam dapat ditempa sehingga dapat dibentuk menjadi benda - benda
lainnya.
2. Unsur
Non Logam Unsur
nonlogam adalah unsur yang tidak memiliki sifat seperti logam. Pada umumnya,
unsur-unsur nonlogam berwujud gas dan padat pada suhu dan tekanan normal.
Contoh unsur nonlogam yang berwujud gas adalah oksigen, nitrogen, dan helium.
Contoh unsur nonlogam yang berwujud padat adalah belerang, karbon, fosfor, dan
iodin. Zat padat nonlogam biasanya keras dan getas. Unsur nonlogam yang
berwujud cair adalah bromin.
3. Unsur
Semi Logam Selain
unsur logam dan nonlogam ada juga unsur semilogam atau yang dikenal dengan nama
metaloid. Metaloid adalah unsur yang memiliki sifat logam dan nonlogam. Unsur
semilogam ini biasanya bersifat semikonduktor. Apakah yang dimaksud
semikonduktor? Bahan yang bersifat semikonduktor tidak dapat menghantarkan
listrik dengan baik pada suhu yang rendah, tetapi sifat hantaran listriknya
menjadi lebih baik ketika suhunya lebih tinggi.
Klasifikasi tersebut jelas lebih banyak menekankan pada
sifat-sifat fisik dan bagi para ahli kimia, sifat unsur yang paling penting
adalah pola sifat kimiawinya, misalnya secara khusus kecenderungan terhadap
pembentukan ikatan kovalen atau pemilihan pembentukan kation. Kriteria manapun
yang dipakai, beberapa unsur selalu terklasifikasi ke dalam "daerah
batas" model klasifikasi logam-nonlogam. Para ahli kimia anorganik umumnya
setuju bahwa unsur-unsur boron, silikon, germanium, arsen, dan telurium
termasuk dalam daerah batas ini yang sering disebut daerah batas yang
menunjukkan sifat-sifat kimiawi mirip dengan semilogam. Yang termasuk
unsur-unsur semilogam adalah Be, Al, Zn, Ga, Sn, Pb, Sb, Bi, dan Po.
Hubungan antara tabel sistem
periodik unsur dengan
sifat-sifat kimiawi serta konfigurasi elektronik unsur-unsur yang bersangkutan
menyarankan adanya bermacam-macam klasifikasi. Klasifikasi yang sering dijumpai
adalah terbaginya unsur-unsur ke dalam empat kelompok, yaitu:
1.
Kelompok unsur-unsur inert atau gas
mulia
2. Kelompok unsur-unsur utama atau representatif
3. Kelompok unsur-unsur transisi
4. Kelompok unsur-unsur transisi dalam (inner transition)
2. Kelompok unsur-unsur utama atau representatif
3. Kelompok unsur-unsur transisi
4. Kelompok unsur-unsur transisi dalam (inner transition)
Tabel :
Nama – nama unsur golongan utama
2.2.1 Unsur – Unsur Inert
Kelompok
unsur-unsur inert yang sering disebut juga unsur-unsur gas mulia (noble
gases) terdiri atas2He, 10Ne, 18Ar, 36Kr, 54Xe,
dan 86Rn. Kecuali He yang mempunyai konfigurasi penuh 1s2,
kelompok unsur ini ditandai dengan konfigurasi elektronik penuh untuk setiap
orbital dan dengan elektron valensi ns2 np6. Karakteristik
pada orbital kulit terluar inilah yang biasanya dikaitkan dengan sifat inert (lembam)
unsur-unsur yang bersangkutan, yaitu sangat stabil dalam arti sukar bereaksi
dengan unsur-unsur lain. Namun demikian akhir-akhir ini telah berhasil dibuat
beberapa senyawa xenon dan kripton seperti XeF2, XeF4,
XeF6, XeO4, dan KrF2. Unsur-unsur
inert ini sering juga diklasifikasikan sebagai golongan nol karena sifat
kestabilan yang tinggi, namun lebih sering diklasifikasikan sebagai golongan
VIII utama atau M8. Perlu dicatat bahwa konfigurasi elektronik unsur-unsur gas
mulia dianggap sudah penuh, dan oleh karenanya dipakai sebagai standar untuk
menyatakan penuh atau tidak-penuhnya konfigurasi elektronik kelompok
unsur-unsur lain.
2.2.2 Kelompok
Unsur – Unsur Utama
Unsur-unsur
golongan utama atau representatif ditandai dengan konfigurasi elektronik tidak-penuh pada
satu kulit terluar ns1 - ns2 np(4-5).
Unsur-unsur 30Zn, 48Cd, dan 80Hg
masing-masing mempunyai konfigurasi elektronik [18Ar] 3d10 4s2,
[36Kr], 4d10 5s2 dan [54Xe]
4f14 5d10 6s2.
Unsur-unsur ini dapat membentuk ion M2+ seperti unsur-unsur
golongan M2 dengan beberapa kemiripan, namun dengan perbedaan sifat-sifat
diantara kedua kelompok ini. Salah satu perbedaannya adalah bahwa unsur-unsur
Zn dan Cd mempunyai sifat kecenderungan yang lebih besar untuk membentuk
senyawa-senyawa kompleks dengan NH3, ion-ion halida (X-)
dan CN-.
Perbedaan sifat-sifat di antara kedua
kelompok ini mungkin disebabkan oleh konfigurasi elektronik terluar yaitu 18
elektron bagi ion M2+ untuk kelompok ini. Dengan penuhnya
elektron (d10) untuk kelompok ini diduga ada hubungannya
dengan sifat polarisasi ion M2+ yang jauh lebih besar daripada
sifat polarisasi ion-ion divalen dari kelompok M2 sebagai akibat sifat
orbital d yang mudah mengalami distorsi. Oleh karena itu
ketiga unsur tersebut sering dinyatakan pula sebagai kelompok unsur-unsur utama
tetapi dengan notasi M2'.
2.2.3 Kelompok Unsur – Unsur Transisi
Kelompok unsur transisi. Batasan mengenai
unsur transisi masih sering diperdebatkan. Dari satu sisi, unsur-unsur transisi
mencakup seluruh unsur-unsur dengan orbital nd(1-10) "sedang
diisi elektron" menurut prinsip Aufbau. Secara umum, batasan ini
memberikan karakteristik konfigurasi elektronik (n-1)d(1-10) ns(1-2),
dan dengan demikian unsur-unsur dengan konfigurasi elektronik .....(n-1)d(1-10) ns2
yaitu Zn, Cd, dan Hg termasuk di dalamnya. Sebaliknya
pandangan lain, yang lebih banyak diikuti para ahli kimia, mempertimbangkan
bahwa ketiga unsur kelompok terakhir ini mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari
umumnya sifat-sifat kelompok usnur-unsur transisi, misalnya dalam hal sifat
magnetis dan warna. Oleh karena itu, ketiga unsur tersebut tidak dapat
dipertimbangkan sebagai unsur-unsur transisi. Dengan demikian unsur-unsur
transisi kemudian menunjuk pada unsur-unsur dengan konfigurasi elektronik belum
penuh pada salah satu atau kedua kulit terluar yang melibatkan orbital d dengan
karakteristik konfigurasi elektronik (n-1)d(1-10) ns(1-2).
Jadi jelas bahwa dengan batasan demikian ini ketiga unsur tersebut (Zn, Cd, Hg)
tidak termasuk sebagai unsur transisi. Kedua batasan ini dengan mudah dapat
dibandingkan sebagai berikut:
Gambar
: Pembagian 4 blok (s, p, d, f) terhadap unsur – unsur dalam sistem periodik
Kelompok Transisi, d
|
Unsur menurut batasan pertama
|
Unsur menurut batasan kedua
|
I (pertama)
|
Sc – Zn
|
Sc - Cu
|
II (kedua)
|
Y- Cd
|
Y - Ag
|
III (ketiga)
|
La, dan Hf - Hg
|
La, dan Hf - Au
|
Perlu dicatat bahwa
untuk kelompok transisi seri III tersebut anggota pertamanya adalah 57La
(.... 5d1) dan setelah melompati kelompok unsur transisi
dalam (4f) baru disambung anggota yang kedua, 72Hf dan
seterusnya. Dalam hal ini kelompok unsur 4f adalah 58Ce
- 71Lu, dan kelompok 5f adalah 90Th -103Lr.
Versi lain menyarankan bahwa 71Lu (.... 5d1)
merupakan anggota pertama sehingga tidak terjadi lompatan, dan konsekuensinya
adalah bahwa kelomok unsur 4f terdiri atas 57La
- 70Yb dan kelompok unsur 5f terdiri atas 89Ac
- 102No. Hal yang sangat penting adalah adanya pengecualian
atau penyimpangan konfigurasi elektronik terhadap prinsip Aufbau untuk beberapa
unsur transisi. Penyimpangan konfigurasi elektronik tersebut sering dihubungkan
dengan kestabilan bagi sistem orbital penuh dan setengah penuh.
2.3 Sifat – Sifat Periodisitas Sifat-sifat
atom mempunyai suatu keteraturan periodisitas. Keteraturan ini dapat diprediksi
menggunakan tabel periodik unsur dan dapat dijelaskan dengan menganalisis
konfigurasi elektron dari setiap unsur. Setiap unsur mempunyai kecenderungan
mengambil atau melepaskan elektron valensi untuk mencapai pembentukan oktet.
Kestabilan oktet dapat dilihat dalam gas inert atau gas mulia, yang termasuk
golongan 18 (dulu VIIIA). Ada dua
macam keteraturan lainnya yang penting. Pertama, elektron ditambahkan satu kali
dari kiri ke kanan tabel. Pada peristiwa ini, tarikan inti elektron kulit
terluar bertambah, jadi elektron menjadi dekat ke inti dan mengikat lebih kuat.
Kedua, penurunan kolom pada tabel periodik, elektron terluar menjadi kurang
kuat ikatannya terhadap inti. Hal ini terjadi karena jumlah tingkat energi
terisi yang utama bertambah seiring penurunan unsur pada masing-masing
golongan. Salah satu manfaat penataan unsur-unsur di dalam tabel
periodik unsur adalah pemahaman sifat-sifat kimiawi baik bagi unsur -unsur
dalam posisi periode maupun golongan. Adanya persamaan sifat dan keteraturan
memudahkan untuk mempelajari setiap unsur dalam tabel periodik. Keteraturan ini
menjelaskan sifat periodisitas yaitu antara lain.:
2.3.1. Jejari
Atomik
Jari-jari
atom merupakan salah satu sifat periodisitas unsur. Defenisi jari-jari atom
secara umum adalah setengah jarak antara pusat dua atom unsur yang menyentuh
satu sama lain. Namun demikian ada dua cara yang umum untuk mendefenisikan
jejari atomik. Pertama, jejari atomik dapat didefenisikan sebagai setengah jarak
antara dua inti atom yang bergabung dengan ikatan kovalen molekul diatomic,
yaitu disebut jejari kovalen, rkov. Kedua, jejari atomic didefenisikan sebagai
setengah jarak antara dua inti atom dari molekul – molekul diatomik yang
bertetangga, yaitu disebut jejari van der waals.Secara umum, jari-jari atom
menurun dalam tabel sistem periodik unsur dari kiri ke kanan dan meningkat dari atas ke bawah
tabel periodik. Dengan demikian, dengan mudah dapat ditentukan bahwa unsur
dengan jari-jari atom berada dalam golongan 1 paling bawah. Inilah contoh
jari-jari atom dalam tabel SPU. Lebih lanjut untuk unsur – unsur logam, adalah
dimungkinkan untuk mengukur jejari metalik, yaitu setengah jarak antara dua in
rvdW.
Lebih lanjut untuk
unsur- unsur logam, adalah dimungkinkan untuk mengukur jari-jari metalik, rM ,
yaitu setengah jarak antara dua inti atom-atom bertetangga dalam logam padat
pada temperatur dan tekanan kamar; namun demikian, jarak ini bergantung pada bilangan koordinasi kisi kristal logam
yang bersangkutan, dan umumnya semakin besar bilangan koordinasi semakin besar
jari-jari metaliknya. Dalam senyawa ionik padat adalah mungkin untuk mengukur
jarak antara kation dan anion tetangganya. Namun perbedaan anion tetangga, juga
bilangan koordinasi kisi kristal, akan menghasilkan jarak yang berbeda-beda
pula. Oleh karena itu perlu ditetapkan adanya standar pembanding yaitu ion O2-
dengan jari-jari r- = 1,40 Å; alasannya adalah bahwa unsur ini membentuk
senyawa dengan banyak macam unsurlain, cukup keras dalam arti tidak mudah
terpolarisasi sehingga ukurannya tidak banyak bervariasi meskipun dalam senyawa
dengan unsur yang berbeda-beda. Dengan pertimbangan tersebut, jari-jari ion
didefinisikan sebagai jarak antara pusat kation dan pusat anion yang dibagi secara adil berdasarkan jari-jari O2-
sebesar 1,40 Å. Sebagai contoh, jari-jari ion Mg2+ diperoleh dengan mengurangi
sebesar 1,40 Å terhadap jarak antara dua inti ion Mg2+ dan O2- yang bertetangga
dalam senyawa MgO. Pemahaman jari-jari kovalen rkov, jari-jari van der Waals,
rvdW, jari-jari metalik, rM, jari-jari kation, r+, dan jari-jari anion, r-
dilukiskan dalam Gambar 4.2.
Harga jari-jari kovalen bagi hampir
semua atom unsur telah diketahui, namun karena Ini merupakan hasil eksperimen
maka nilainya sedikit bervariasi Kecenderungan-periodisitas secara umum dapat
diperiksa pada Tabel dan Gambar. Secara khusus dibahas unsur-unsur periode 2
dan golongan 1 (alkali) sebagaimana ditunjukkan data berikut.
Kecenderungan
Jari-Jari Atom
Kecenderungan
jari-jari atom dalam periode
Dari
kiri ke kanan dalam tabel periodik, nomor atom meningkat. Elektron dalam kulit
tidak dapat melindungi satu sama lain dari tarikan proton. Karena jumlah proton
juga meningkat dari kiri ke kanan, muatan efektif inti (Zef)
akan meningkat dalam satu periode. Hal ini menyebabkan penurunan jari-jari
atomik. Dalam periode, ukuran atom dibatasi oleh orbital-orbital dalam ukuran
volume kulit yang sama besarnya. Unsur-unsur periode 2 mempunyai konfigurasi
elektronik 1s2 2s(1-2) 2p(1-6). Ukuran atom
ditentukan oleh besarnya muatan efektif inti yang dirasakan oleh
elektron-elektron dalam orbital yang bersangkutan yaitu 1s, 2s dan 2p. Naiknya nomor atom
berarti naiknya Zef yang
dirasakan oleh setiap elektron dalam orbital yang bersangkutan, sehingga
orbital-orbital ini mengalami kontraksi ke arah inti atom yang semakin besar
dan akibatnya atom akan nampak semakin kecil.
Kecenderungan
jari-jari atom dalam golongan
Dari
atas ke bawah dalam tabel periodik, jumlah elektron dan kulit yang terisi
elektron meningkat, tetapi jumlah elektron valensi tetap sama. Elektron terluar
dalam sebuah golongan mempunyai muatan efektif inti (Zef)
yang sama, tetapi posisi elektron jauh dari inti yang menyebabkan jumlah kulit
yang terisi energi menurun. Dengan demikian, jari-jari atom meningkat. Ukuran
atom ditentukan oleh ukuran orbital terluar. Unsur-unsur dalam golongan
ditandai dengan elektron valensi yang sama. Golongan utama yaitu s dan p,
mempunyai konfigurasi elektronik terluar (1-7)sx, dan (1-7)s2 (1-7)px. Naiknya
nomor atom berarti bertambahnya kulit elektron atau bertambahnya elektron
"dalam" dan bertambahnya ukuran orbital terluar sehingga elektron
terluar mengalami "perlindungan" (shielding) oleh
elektron-elektron "dalam" yang semakin efektif dari pengaruh tarikan
inti, dan akibatnya atom akan nampak semakin besar.
Perlu
diingat bahwa inti atom merupakan bagian atom yang sangat kecil, jari-jari
kovalen atom oksigen yang panjangnya ~70 pm, jari-jari atomnya hanya 0,0015 pm.
Jadi dalam hal volume keseluruhan atom, inti atom hanya mewakili sekitar 10-11 bagian.
2.3.2 Energi Ionisasi
Energi
ionisasi (Ei) adalah energi yang diperlukan untuk
mengeluarkan elektron dari tiap mol spesies dalam keadaan gas. Energi untuk
mengeluarkan satu elektron pertama (dari atom netralnya) disebut sebagai energi
ionisasi pertama dan untuk mengeluarkan satu elektron ke dua disebut energi
ionisasi kedua, dan begitu seterusnya untuk pengeluaran satu elektron
berikutnya. Mudah dipahami bahwa mengeluarkan satu elektron pertama dari atom
netralnya akan lebih mudah daripada mengeluarkan satu elektron kedua dan
seterusnya dari kation yang bersangkutan karena pengaruh muatan inti menjadi
semakin lebih efektif terhadap elektron yang semakin berkurang jumlahnya.
Perhatikan contoh berikut ini :
Li (g) → Li+ (g) + e Ei(1) = 520 kJ mol-1
Li+ (g) → Li2+ (g) + e Ei(1) = 7298 kJ mol-1
Li2+ (g) → Li3+ (g) + e Ei(1) = 11815kJ mol-1
Jadi pada proses tersebut, Ei(1) < Ei(2) < Ei(n)
Inilah contoh grafik energi ionisasi :
Betapapun
lemahnya, pasti ada interaksi ikatan antara elektron valensi dengan inti atom, sehingga untuk mengeluarkan selalu
diperlukan energi ; dengan demikian, energi ionisasi selalu berharga positif.
Energi ionisasi ini dapat ditentukan secara eksperimen dengan menempatkan
spesies gas di dalam tabung. Kemudian tegangan (voltase) dalam tabung dinaikkan
secara perlahan, praktis tidak ada arus listrik sampai dengan harga voltase
tertentu pada saat sebuah elektron dilepas oleh spesies yang bersangkutan.
Harga voltase pada saat mulai terjadinya arus listrik inilah yang didefinisikan
sebagai energi ionisasi; oleh karena itu, energi ionisasi biasanya dinyatakan
dalam satuan SI, elektron volt,
eV (1 eV = 1,60 x 10-19 J
= 96,485 kJ mol -1,
dan sering pula disebut sebagai potensial ionisasi.
Dengan
batasan tersebut berarti bahwa energi ionisasi bergantung pada seberapa kuat
elektron terikat oleh atomnya atau seberapa kuat muatan inti efektif Zef berpengaruh terhadap elektron terluar
yang akan dikeluarkan. Dengan demikian, energi ionisasi bervariasi seiring
dengan bervariasinya gaya tarik elektrostatik Coulomb, yaitu mempunyai harga
terendah untuk Zef terkecil
dan r (jari-jari atom)
terbesar.
Kecenderungan
Energi Ionisasi
Kecenderungan
energi ionisasi dalam golongan
Untuk
unsur-unsur dalam satu golongan dalam tabel sistem periodik unsur, pengaruh muatan inti efektif terhadap elektron
valensi relatif konstan atau naik sangat sedikit dengan naiknya nomor atom
karena bertambahnya muatan inti diimbangi pula dengan bertambahnya fungsi
perisai elektron (screening / shielding effect) sedangkan jari-jari atom
bertambah secara tajam dengan bertambahnya kulit elektron utama. Dengan demikian
dapat dipahami bahwa secara umum energi ionisasi menurun dengan bertambahnya
nomor atom.
Kecenderungan
energi ionisasi dalam periode
Untuk
unsur-unsur dalam satu periode dalam tabel periodik unsur, dengan naiknya nomor
muatan inti efektif semakin membesar secara kontinu, yaitu naik kira-kira
sebesar 0,65 satuan untuk setiap tambahan satu elektron, yang berakibat
jari-jari atom semakin pendek. Dengan demikian, elekton terluar semakin sukar
dikeluarkan yang berarti energi ionisasi semakin besar. Jadi, unsur-unsur alkalimempunyai energi ionisasi terendah sedangkan unsur-unsur gas mulia
mempunyai energi ionisasi tertinggi. Namun demikian, terdapat beberapa
kekecualian yaitu naiknya energi ionisasi unsur-unsur dalam satu periode
ternyata tidak menunjukkan alur yang mulus.
2.3.3 Afinitas Elektron Definisi Afinitas Elektron
a) Definisi Konvensional
Hampir
semua atom netral mempunyai kapasitas untuk menerima paling tidak satu elektron
tambahan, yang kemudian dikenal dengan istilah afinitas elektron. Pada proses
ini umumnya dibebaskan energi, berlawanan dengan proses pengeluaran elektron
dari suatu atom yang membutuhkan energi. Karena afinitas elektron menunjuk pada
energi, maka lebih sering disebut sebagai energi afinitas (Ea).
Secara konvensional, definisi energi afinitas adalah energi yang dibebaskan
bila tiap mol atom netral atau ion dalam keadaaan gas menangkap elektron
membentuk ion negatif. Dengan demikian, proses yang terjadi dapat dipandang
sebagai kebalikan dari proses pelepasan elektron, yaitu :
M (g)
+ e
---> M-
.......... Ea(1)
M- (g) + e ---> M2- .......... Ea(2)
Dapat dipahami bahwa Ea(1) > Ea(2) > Ea(3) dan seterusnya, karena tambahan elektron kedua dan seterusnya akan mendapat tolakan dari spesies negatif hasil, sehingga tidak lagi dibebaskan energi melainkan malahan dibutuhkan energi yang semakin besar; dengan demikian energi yang dibebaskan semakin kecil atau bahkan negatif atau dengan kata lain justru membutuhkan energi.
M- (g) + e ---> M2- .......... Ea(2)
Dapat dipahami bahwa Ea(1) > Ea(2) > Ea(3) dan seterusnya, karena tambahan elektron kedua dan seterusnya akan mendapat tolakan dari spesies negatif hasil, sehingga tidak lagi dibebaskan energi melainkan malahan dibutuhkan energi yang semakin besar; dengan demikian energi yang dibebaskan semakin kecil atau bahkan negatif atau dengan kata lain justru membutuhkan energi.
b. Definisi Modern
Berlawanan dengan perjanjian konvensional, publikasi para
ahli kimia akhir-akhir ini memandang afinitas elektron langsung dengan besaran
termodinamika ∆H; jadi, afinitas elektron didefinisikan sebagai
perubahan entalpi yang terjadi pada penambahan elektron ke dalam tiap mol atom
atau ion dalam keadaan gas. Misalnya untuk oksigen, afinitas elektron langsung
diekspresikan dengan besaran termodinamika sebagai berikut:
O (g) + e ---> O- (g) ∆H(1) = -141 kJ mol-1
O- (g) + e ---> O2- (g) ∆H(2) = +844 kJ mol-1
O (g) + e ---> O- (g) ∆H(1) = -141 kJ mol-1
O- (g) + e ---> O2- (g) ∆H(2) = +844 kJ mol-1
Dengan demikian perjanjian ini menghasilkan numerik yang sama
tetapi berlawanan tanda dengan perjanjian konvensional untuk harga Ea. Untuk tidak
menimbulkan kebingungan, maka yang perlu diperhatikan adalah harga dari besaran
termodinamika dalam proses penangkapan elektron tersebut, karena kedua
pandangan menghasilkan nilai yang sama. Oleh karena ∆H dapat positif atau negatif maka
ungkapan data perlu dicantumkan bearan mana yang dipilih, seyogyanya ∆H.
Kecenderungan
Afinitas Elektron
Secara
umum, kecenderungan afinitas elektron dapat digeneralisasikan, walaupun dalam
faktanya banyak yang menyimpang. Pada unsur golongan 2 (alkali tanah),
mempunyai nilai afinitas elektron yang rendah. Unsur ini relatif stabil karena
telah menempati subkulit s.
Golongan 17 (halogen) mempunyai afinitas elektron yang tinggi karena adanya
tambahan elektron pada atom sebagai hasil dari pemenuhan orbital. Golongan 18
(gas mulia) mempunyai afinitas elektron mendekati nol, karena masing-masing
atom memperlihatkan sebuah kestabilan oktet dan tidak akan dapat menerima
sebuah elektron lagi. Unsur dalam golongan lain mempunyai afinitas yang lebih
rendah. Berikut ini adalah contoh grafik kecenderungan afinitas elektron:
2.3.4 Elektronegatifitas
Definisi
elektronegativitas
Pengertian
elektronegativitas ternyata cukup bervariasi. Istilah elektronegativitas
pertama kali dikemukakan oleh Linus Pauling yang mendefinisikan elektronegativitas
sebagai kekuatan atau kemampuan atom menarik elektron-elektronnya dalam dirinya
sendiri dalam suatu molekul. Definisi ini menunjukkan bahwa elektronegativitas
bukanlah merupakan suatu sifat yang berhubungan dengan atom secara terisolasi melainkan
atom dalam senyawanya. Namun demikian, ukuran elektronegativitas dapat
diturunkan untuk tiap-tiap atom.
Dalam rasionalisasinya
Pauling mendasarkan pada data termodinamika yang menunjukkan bahwa ikatan
antara dua macam atom selalu lebih kuat daripada harga yang diramalkan menurut
ikatan masing-masing atom unsur dalam molekul diatomiknya. Sebagai contoh,
energi ikatan Cl2 dan
F2masing-masing adalah 242 dan 153 kJ mol-1, tetapi
energi ikatan untuk senyawa Cl-F ternyata 255 kJ mol-1. Dalam hal
ini Pauling berasumsi bahwa jika ikatan Cl-F berupa kovalen murni tunggal
seperti pada Cl-Cl maupun F-F, maka energi ikatannya tentunya sebesar rata-rata
dari keduanya yaitu ½ x (242+153) = 197,5 kJ mol-1. Perbedaan energi
sebesar 57,5 kJ mol-1 dapat
dianggap sebagai energi kestabilan Cl-F yang tentunya bukan datang dari sifat
kovalensinya.
Pengertian
elektronegatifitas yang lain diusulkan oleh A. L. Alfred dan E. G. Rochow yang
mendefiniskan elektronegatifitas sebagai gaya yang bekerja pada
elekron-elektron dalam atom pada jarak jari-jari kovalen (dalam satuan
Armstrong).
Definisi elektronegatifitas
lainnya adalah ukuran penarikan suatu atom terhadap elektron pada ikatan kimia.
Semakin tinggi elektronegativitas suatu atom, semakin kuat gaya tarik elektron
yang berikatan.
Kecenderungan
elektronegativitas dalam tabel periodik unsur
Kecenderungan skala
elektonegatifitas atom-atom unsur dalam tabel periodik unsur menunjukkan
perubahan yang relatif kontinu. Unsur-unsur yang terletak pada satu golongan
mempunyai harga elektronegatifitas yang semakin menurun dengan naiknya nomor
atom. Sedangkan dalam satu periode, umumnya naik dengan naiknya nomor atom.
Tabel elektronegatifitas adalah seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini:
Ke-elektronegatifan adalah salah satu parameter atom
paling fundamental yang mengungkapkan secara numerik kecenderungan atom untuk
menarik elektron dalam molekul. Kelektronegativan sangat bermanfaat untuk
menjelaskan perbedaan dalam ikatan, struktur dan reaksi dari sudut pandang
sifat atom. Berbagai cara telah diajukan untuk menjelaskan dasar teori kekuatan
tarikan elektron, dan berbagai studi masih aktif dilakukan untuk mencari nilai
numeric dari ke-elektronegativan. Skala Pauling, dikenalkan pertama sekali
tahun 1932, masih merupakan skala yang paling sering digunakan, dan nilai-nilai
yang didapatkan dengan cara lain dijustifikasi bila nilainya dekat dengan skala
Pauling. Elektronegativits yang diusulkan Pauling pada tahun 1932 merupakan pengembangan dari teori ikatan valensi, hal
ini telah terbukti dan
berkorelasi dengan sejumlah sifat kimia lainnya.
Elektronegativitas tidak dapat diukur secara langsung dan harus dihitung dari
sifat atom atau molekul lainnya. Beberapa metode perhitungan telah diajukan,
meskipun mungkin ada sedikit perbedaan dalam nilai-nilai numerik dari
elektronegativitas, semua metode menunjukkan tren periodik yang sama antara
unsur-unsur.
Berdasarkan hal
ini,terdapat beberapa tokoh yang mengusulkan mengenai konsep elektronegativitas
diantaranya:
a)
Elektronegatifitas
Pauling
Menurut Linus Pauling, besar elektronegatifitas adalah "kekuatan atom dalam molekul untuk
menarik elektron untuk dirinya sendiri”. Pada dasarnya, elektronegatifitas atom adalah nilai relatif dari kemampuan yang atom
untuk menarik kepadatan elektron terhadap dirinya sendiri ketika berikatan dengan atom lain. Semakin tinggi nilai yang diberikan ke unsur
terebut, mka
atom yang akan berusaha untuk menarik elektron ke arah
dirinya sendiri dan menjauh dari atom unsur lainnya. Sifat utama dari sebuah atom dalam
menentukan elektronegativitas yaitu nomor atom serta jari-jari atomnya. Kecenderungan
elektronegativitas adalah untuk meningkatkan saat unsur berada dari kiri ke kanan dan bawah ke atas di tabel periodik. Hal
ini menandakan bahwa atom paling
elektronegatif adalah Fluorin dan yang paling rendah
keelktornegatifannya adalah
Fransium.
Ikatan kovalen antara dua atom yang berbeda (A-B) adalah
lebih kuat dari yang diharapkan dengan mengambil rata-rata kekuatan dari A-A
dan B-B obligasi. Menurut teori ikatan valensi, yang
dikemukakakn Pauling
"stabilisasi tambahan" dari ikatan heteronuklir adalah karena
kontribusi dari bentuk kanonik ion untuk ikatan.
Perbedaan elektronegativitas antara atom A dan B diberikan oleh:
Perbedaan elektronegativitas antara atom A dan B diberikan oleh:
dengan Energi disosiasi (Ed) ikatan
A–B, A–A dan B–B diekspresikan dalam elektronvolt. Faktor (eV)−½ disisipkan
untuk menghasilkan nilai yang tidak berdimensi. Dengan metode ini, perbedaan
elektronegativitas antara hidrogen dan bromin adalah 0.73 (energi disosiasi:
H–Br, 3.79 eV; H–H, 4.52 eV; Br–Br 2.00 eV)
Oleh karena hanya perbedaan
elektronegativitas yang dapat dihitung, kita perlu memilih sebuah titik acuan
untuk membuat skala sebaga acuan.
Hidrogen dijadikan acuan karena hidrogen membentuk ikatan
kovalen dengan berbagai macam unsur. Nilai elektronegativitasnya pertama kali
ditentukan sebesar 2,1, namun kemudian direvisi menjadi 2,20. Selain
itu, kita juga perlu memutuskan unsur manakah (dari dua unsur) yang memiliki
elektronegativitas lebih besar. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan
"intuisi kimia", misalnya pada hidrogen bromida yang terlarut dalam air
membentuk H+ dan Br−, kita dapat berasumsi bahwa
bromin lebih elektronegatif daripada hidrogen. Namun pada
prinsipnya , karena elektronegativitas yang sama harus diperoleh untuk setiap
dua senyawa ikatan , data sebenarnya yaitu yang ini dijadikan acuan tetap yaitu untuk H dan F.
Untuk menghitung elektronegativitas Pauling sebuah unsur,
kita memerlukan data energi disosiasi dari paling sedikit dua jenis ikatan
kovalen yang dibentuk oleh unsur tersebut. Allred memutakhirkan nilai
elektronegativitas Pauling pada tahun 1961 dengan melibatkan data-data
termodinamika. Nilai-nilai elektronegativitas Pauling yang direvisi inilah
yang biasanya sering digunakan.
Hal penting dari
elektronegativitas yang dikemukakakn Pauling
yang menjadi dasar cukup akurat, yaitu
rumus semi- empiris untuk energi disosiasi , yaitu:
atau
Hal ini
merupakan perkiraan, tetapi memiliki akurasi yang baik . Pauling memperoleh
dengan mencatat bahwa obligasi direpresentasikan sebagai superposisi kuantum
mekanik ikatan kovalen dan dua ikatan ionik . Energi kovalen obligasi mempunyai
nilai hampir sama dengan kuantum mekanik perhitungan , rata-rata geometrik dari
dua energi ikatan kovalen dari molekul yang sama , dan ada tambahan energi yang
berasal dari faktor ionik , yaitu karakter kutub obligasi .
Rata-rata
geometrik hampir sama dengan rata-rata aritmetik - yang diterapkan dalam rumus
pertama di atas. Ketika energi tersebut adalah nilai yang sama (misalnya)
kecuali untuk unsur-unsur yang sangat elektropositif , di mana ada perbedaan
yang lebih besar dari dua energi disosiasi , yang nilai rerata geometrik lebih
akurat dan hampir selalu memberikan kelebihan energi positif , karena ikatan
ioniknya . Akar kuadrat dari kelebihan energi ini , dicatat Pauling ,sebagai
nilai yang mendekati ,sehingga salh satunya dapat membuktikan
elektronegativitas . Oleh karena itu, formula ini semi- empiris untuk energi
ikatan yang mendasari konsep elektronegativitas
Pauling.
Pendekatan ini
sebenarnya relatif baik dan memberikan intuisi yang tepat , dengan gagasan
polaritas ikatan dan beberapa landasan teoritis dalam mekanika kuantum .
Dalam
senyawa yang lebih kompleks, terdapat beberapa kesalahan yang muncul karena
elektronegativitas tergantung pada lingkungan molekul atom . Selain itu,
estimasi energi hanya dapat digunakan untuk satu, tidak untuk beberapa obligasi
. Energi pembentukan sebuah molekul yang mengandung hanya ikatan tunggal maka
dapat diperkirakan dari tabel elektronegatifitas , dan tergantung pada
konstituen dan jumlah kuadrat dari perbedaan elektronegativitas dari semua
pasangan atom yang berikatan . Seperti rumus untuk memperkirakan energi
biasanya memiliki kesalahan relatif urutan 10 % , tetapi dapat digunakan untuk
mendapatkan ide kasar kualitatif dan pemahaman molekul
b)
Elektronegativitas
Muliken
Gambar : Korelasi
antara elektronegativitas Mulliken (sumbu xdalam kJ/mol) dengan
elektronegativitas Pauling (sumbu y).
R.
Mulliken mendefinisikan ke-elektronegativan χM sebagai
rata-rata energi ionisasi I dan afinitas elektron A sebagai berikut ( Gambar
2.14).
Karena
energi ionisasi adalah energi eksitasi elektronik dari HOMO (highest
occupied molecular orbital) dan afinitas elektron adalah energi penambahan elektron ke
LUMO((lowest
unoccupied molecular orbital). (lihat bagian 2.3 (e), dalam definisi ini
ke-elektronegativan dapat juga disebut rata-rata tingkat energi HOMO dan
LUMO. Unsur-unsur yang sukar diionisasi dan mudah menarik elektron
memiliki nilai ke-elektronegativan yang besar.
Walaupun ke-elektronegativan
didefinisikan dengan keadaan valensi dalam molekul dan memiliki dimensi energi,
hasil yang diperoleh dianggap bilangan tak berdimensi.
Walaupun definisi Mulliken jelas
sebab berhubungan langsung dengan orbital atom, biasanya nilai
ke-elektronegativan Pauling atau Allred-Rochow yang digunakan. Karena
nilai-nilai ini tidak terlalu banyak berbeda, ke-elektronegativan Pauling
biasanya cukup bila dipilih salah satu. Nilai ke-elektronegativan berubah
tidak hanya dengan perubahan definisi, tetapi juga sangat dipengaruhi oleh
keadaan ikatan atom, dan nilai-nilai itu harus digunakan dengan
hati-hati. Ke-elektronegativan atom-atom penyusun adalah besaran yang
sangat penting untuk menjelaskan ikatan, struktur dan reaksi senyawa. Oleh
karena itu, kimiawan teori selalu berusaha untuk memperluas dasar parameter
ini.
Namun biasanya kita menggunakan persamaan linear untuk
melakukan perubahan nilai absolut tersebut menjadi nilai yang lebih mirip
dengan nilai Pauling, dimana
Untuk energi ionisasi dan afinitas elektron
dalam electronvolts,
dan untuk energi dalam kilojoule per mol,
Elektronegativitas
Mulliken hanya dapat dihitung
untuk sebuah elemen yang afinitas elektron diketahui,
lima puluh tujuh elemen pada tahun 2006. Dengan memasukkan definisi energik dari
potensi
ionisasi dan afinitas elektron ke dalam elektronegativitas Mulliken, terdapat perbedaan yang menunjukkan bahwa potensi kimia
Mulliken memiliki
pendekatan yang berbeda dari energi elektronik sehubungan dengan jumlah elektron, yaitu:
c) Elektronegativitas Allred-Rochow
Allred dan Rochow beranggapan bahwa elektronegativitas
haruslah berhubungan dengan muatan sebuah elektron pada "permukaan"
sebuah atom: semakin tinggi muatan per
satuan luas permukaan atom, semakin besar kecenderungan atom tersebut untuk
menarik elektron-elektron. Muatan inti efektif, Z* yang terdapat pada elektron valensi dapat
diperkirakan dengan menggunakan kaidah Slater. Sedangkan luas permukaan atom pada
sebuah molekul dapat dihitung dengan asumsi luas ini proposional dengan
kuadrat jari-jari kovalen(rcov).
Gambar : Korelasi
antara elektronegativitas Allred–Rochow (sumbux dalam Å−2)
dengan elektronegativitas Pauling (sumbu y).
Suatu
pendekatan empiris yang sangat bernilai dan diterima secara luas oleh
Allred-Rochow, menggambarkan elektonegativitas sebagai suatu hal yang bekerja
pada elektron-elektron atom pada jarak kovalen sedemikian sehingga
Hal
ini terbukti merupakan suatu metode yang sangat berhasil mendapatkan nilai
elektronegativitas yang mencerminkan kecenderungan kimia secara lebih cermat
dibandingkan Pauling atau Mulliken dalam kasus-kasus di mana skala itu tidak
bersesuaian dengan baik. Nilai elektonegativitas yang didapat dengan metode ini
mempunyai korelasi sangat baik dengan kebanyakan nilai yang didapat dengan
metode-metode terdahulu. Hubungan antara nilai elektronegativitas Allred-Rochow
dengan skala Pauling adalah
BAB
III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1) Sistem periodik
adalah suatu daftar unsur-unsur yang disusun dengan aturan tertentu. Semua
unsur yang sudah dikenal ada dalam daftar tersebut. Sistem periodik disusun berdasarkan hukum periodik modern yang menyatakan
bahwa sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya.
2) Klasifikasi secara umum
unsur dikelompokkan berdasarkan unsur Logam, Non Logam, Semi Logam. Klasifikasi tersebut jelas lebih
menekankan pada sifat-sifat fisik dari unsur – unsur. Sedangkan hubungan
antara tabel sistem
periodik unsur dengan
sifat-sifat kimiawi serta konfigurasi elektronik unsur-unsur terbagi ke dalam
empat kelompok, yaitu: Kelompok unsur-unsur inert atau gas
mulia,
Kelompok unsur-unsur utama atau representatif,
Kelompok unsur-unsur transisi, Kelompok unsur-unsur transisi dalam (inner
transition)
3) Sifat-sifat atom mempunyai suatu keteraturan
periodisitas. Keteraturan ini dapat diprediksi menggunakan tabel periodik unsur dan dapat dijelaskan dengan menganalisis
konfigurasi elektron dari setiap unsur. Setiap unsur mempunyai kecenderungan
mengambil atau melepaskan elektron valensi untuk mencapai pembentukan oktet.
Keteraturan ini menjelaskan sifat periodisitas yaitu antara lain.: Jari-jari atom, Energi ionisasi, Afinitas Elektron, Elektronegativitas
4) Menurut
Linus Pauling, besar
elektronegatifitas
adalah "kekuatan atom dalam molekul untuk menarik elektron untuk dirinya
sendiri”. Perbedaan elektronegativitas antara atom A dan B
diberikan oleh:
Hal penting dari
elektronegativitas yang dikemukakakn Pauling
yang menjadi dasar cukup akurat, yaitu
rumus semi- empiris untuk energi disosiasi , yaitu:
atau
5) Allred dan Rochow beranggapan bahwa elektronegativitas
haruslah berhubungan dengan muatan sebuah elektron pada "permukaan"
sebuah atom: semakin tinggi muatan per
satuan luas permukaan atom, semakin besar kecenderungan atom tersebut untuk
menarik elektron-elektron. Muatan inti efektif, Z* yang terdapat pada elektron valensi dapat
diperkirakan dengan menggunakan kaidah Slater. Sedangkan luas permukaan atom pada
sebuah molekul dapat dihitung dengan asumsi luas ini proposional dengan
kuadrat jari-jari kovalen(rcov). Suatu pendekatan empiris yang sangat
bernilai dan diterima secara luas oleh Allred-Rochow, menggambarkan
elektonegativitas sebagai suatu hal yang bekerja pada elektron-elektron atom
pada jarak kovalen sedemikian sehingga
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Rifqi. 2012. Makalah Kimia Dasar
"Susunan Berkala dan Beberapa Sifat Unsur". http://kumpulanartikel91.blogspot.com/2012/09/makalah-kimia-dasar-susunan-berkala-dan.html. (Diakses tanggal 3 Oktober 2014).
Hapsari, Jayanti. 2011.
MAKALAH KIMIA "SISTEM
PERIODIK". http://ummiubay.blogspot.com/2011/05/makalah-kimia-sistem-periodik.html. (Diakses tanggal 3
Oktober 2014).
Hardiyanti, Yuli. 2013. Makalah Sistem Periodik Unsur. http://diarzahrahyulihardiyanti.blogspot.com/2013/03/makalah-sistem-periodik-unsur_3304.html
.
(Diakses tanggal 3 Oktober 2014).
.http://coretansowel.blogspot.com/2013/01/sistem-periodik-unsur.html
(Diakses tanggal 3 Oktober 2014).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar